Jumat, 20 Mei 2016

Bukti Terbaru G30S/PKI : Bung Karno Dalang Pembunuhan Jenderal Ahmad Yani ?


Kita tentu sudah sering mendengar bila Jenderal Anumerta Ahmad Yani adalah Jenderal kesayangan bung Karno yang telah dipersiapkan untuk menggantikan posisi bung Karno kelak bila keadaan kesehatan bung  Karno kian menurun hingga tidak bisa menjalankan aktifitasnya sebagai Presiden. Berbagai versi cerita ditulis untuk memperkuat peristiwa penunjukan Jenderal Ahmad Yani oleh bung Karno. Beberapa kesaksian orang-orang yang pernah mendengar langsung informasi ini dijadikan rujukan penulisan.  Nama-nama seperti Jenderal purnawiran Sarwo Edhie, Harja Sudirdja mantan Menteri Pengairan, Kolonel  purnawirawan Subardi mantan ajudan Jenderal Ahmad Yani dll mereka jadikan sebagai narasumber untuk memperkuat cerita yang mereka karang-karang.


Tapi benarkah bung Karno sungguh-sungguh menjanjikan hal tersebut kepada Jenderal Ahmad Yani ? Benarkah kondisi kesehatan bung Karno kala itu memang benar-benar dalam keadaan yang sudah cukup akut ? Atau jangan-jangan itu hanya akal-akalan bung Karno untuk menenangkan sikap Jenderal Ahmad Yani yang kala itu masih gusar dan marah atas peristiwa Bandar Betsy yang menewaskan seorang prajurit TNI AD yang bernama Pelda Sudjono. Kita semua tentu telah mengetahui betapa murkanya Jenderal  Ahmad Yani atas kematian Pelda Sudjono. Hal ini dapat dilihat dari pidatonya di markas RPKAD pada HUT RPKAD tahun 1965. Ucapan keras Jenderal Ahmad Yani yang akan menuntut balas atas kematian prajuritnya serta meminta pasukan RPKAD untuk siap siaga akan kemungkinan yang akan terjadi.
Untuk membahas pertanyaan-pertanyaan diatas maka penulis ingin mengajak pembaca untuk kembali menelusuri sifat-sifat bung Karno yang memang gemar mengumbar janji-janji tanpa pernah merasa berdosa bila mengingkari janji-janji tersebut. (,http://dustanekarnoblogaddress.blogspot.co.id/).
Pertama-tama mari kita membahas pertanyaan, “Benarkah bung Karno sungguh-sungguh menjanjikan hal tersebut kepada Jenderal Ahmad Yani ?”. Ternyata, orang pertama yang curiga akan janji-janji bung Karno adalah nyonya Yayuk Ruliah yang merupakan isteri dari Jenderal Ahmad Yani. Sangat jelas diingat oleh anak-anaknya betapa hanya ibu mereka yang merasa tidak begitu senang dengan berita penunjukan bapaknya yang akan menggantikan posisi bung Karno kelak. Malah nyonya Yayuk Ruliah sempat mengatakan, "Kalau Bapakmu tidak jadi presiden, ya nangendi (bahasa Jawa artinya :kemana) bisa dibunuh", kata nyonya Yayuk Ruliah Yani seperti ditirukan Yuni putri dari Jenderal Ahmad Yani. Disaat anak-anaknya merasa senang dan gembira mendegar berita ini serta beberapa kerabat juga turut gembira akan berita tersebut, nyonya Yayuk Ruliah malah merasa khawatir karena sebagai isteri dari seorang petinggi TNI AD tentu nyonya Yayuk Ruliah sudah sering mendengar kelakuan bung Karno yang suka mengingkari janjinya. Nyonya Yayuk Ruliah bukannya mempersiapkan dirinya untuk siap-siap menjadi isteri seorang Presiden, dirinya malah tetap melakukan aktifitas kesehariannya sembari mendoakan agar kekhawatirannya tidak terjadi.

Tampaknya nyonya Yayuk Ruliah faham betul bagaimana posisi suaminya dimata bung karno karena beliau mengetahui bila beberapa kebijakan yang dikeluarkan Jenderal Ahmad Yani cenderung bertentangan dengan keinginan bung Karno. Apalagi Jenderal Ahmad Yani kerap dijuluki sebagai Perwira Pentagon. Harap diketahui bila Jenderal Ahmad Yani pernah mengikuti pendidikan militer di West Poin, Amerika. Jenderal Ahmad Yani juga dikenal sangat vokal menentang kebijakan untuk mempesenjatai kaum buruh & kaum tani atau yang dikenal sebagai Angkatan ke V walaupun diketahui bila Angkatan ke V diharapkan dapat membantu TNI dalam situasi konfrontasi dengan Malaysia. Nyonya Yayuk Ruliah juga menyadari bila suaminya paling vokal menentang setiap kebijakan PKI yang notabene diketahuinya sebagai organisasi kesayangan bung Karno selain PNI tentu saja. Beberapa pertimbangan inilah yang membuat nyonya Yayuk Ruliah bukannya merasa senang ataupun gembira malah membuat dirinya menjadi khawatir dan terbukti kekhawatirannya benar-benar terjadi. Jenderal Ahmad Yani menjadi korban pembantaian keji dari sepasukan prajurit pengawal kepresidenan, Cakrabirawa.

Lalu kita membahas pertanyaan yang kedua, “Benarkah kondisi kesehatan bung Karno kala itu memang benar-benar dalam keadaan yang sudah cukup akut ?”. Dari beberapa tulisan mengenai kondisi kesehatan bung Karno menjelang peristiwa G30S terbukti bila cerita tentang kesehatan bung Karno yang sudah akut ternyata cuma cerita bohong. Kehadiran beberapa dokter dari China dapat dipastikan hanyalah sandiwara belaka. Seperti pengakuan Heldy Jaffar beberapa waktu lalu bila ternyata sejak akhir tahun 1964 hingga awal tahun 1966, bung Karno kerap mengunjungi Heldy Jaffar dan mengumbar rayuan-rayuan mautnya. Hingga akhirnya dibulan Mei 1966 bung Karno menyunting Heldy Jaffar dan menikahinya di Istana dengan disaksikan beberapa petnggi Negara sebagai saksinya. Tetapi justru pernikahan inilah yang menjadi petaka bagi bung Karno. Tuntutan yang semula hanya seputar pembubaran PKI dan pemenuhan kebutuhan hidup rakyat berubah menjadi demo menuntut pelengseran bung Karno dan menuntut untuk dijalankannya UUD45 secara benar.

Untuk lebih memperkuat fakta bila ternyata kesehatan bung Karno menjelang dan sesudah peristiwa G30S memang benar-benar sehat dan bugar, kita dapat melihat dari semangat bung Karno saat membacakan pledoi pembelaan dirinya didepan siding MPRS. Dua pledoi pembelaan yang diberi judul Nawaksara I dan II dibacakan bung Karno dengan penuh semangat tanpa menunjukan tanda-tanda bila dirinya sedang dalam kondisi sakit yang akut. Bahkan kelahiran Kartika pada tanggal 11 Maret tahun 1967 kian memperjelas bila kondisi bung Karno pada saat itu memang benar-benar sehat dan bugar.

Bukti lain lagi yang patut kita pertimbangkan adalah keputusan Jenderal Ahmad Yani yang tidak menyerahkan pasukan terbaiknya RPKAD menjadi bagian dari Kesatuan Cakrabirawa yang notabene adalah pasukan pengawal pribadi Bung Karno. Seperti diketahui, 3 Angkatan yang bersenjata ketika itu sudah menyerahkan pasukan terbaiknya menjadi bagian dari pasukan Cakrabirawa yang merupakan bentuk tunduk dan patuh kepada Sang Pemimpin Besar Revolusi. TNI AL menyerahkan pasukan KKO, TNI AU menyerahkan PGT dan Kepolisian menyerahkan pasukan Pelopor untuk menjadi bagian dari paukan Cakrabirawa. Sementara Jenderal Ahmad Yani dengan dalih RPKAD lebih dibutuhkan dalam pertempuran taktis lalu menyerahkan pasukan Banteng Raiders hasil bentukannya yang telah dilatih dengan latihan para komando.

Seperti kita ketahui bersama, Bung Karno adalah sosok yang ingin tampil perfectionist maka dapat kita ragukan kesediaannya untuk menerima pasukan sekelas dibawah pasukan elite untuk menjadi bagian dari pasukan pengawal pribadinya. Dibeberapa kesempatan, Bung Karno juga selalu menyindir tentang adanya sekelompok Jenderal yang dikatakannya sekumpulan Jenderal yang Kontra Revolusioner. Bung Karno secara tegas dan terang-terangan mengatakan akan mengambil tindakan pada para Jenderal yang dianggapnya sebagai kelompok Kontra Revolusioner. Dan ucapannya dibuktikan lewat perintah "Tangkap & Hadapkan" yang dilaksanakan justru oleh prajurit kesayangan Jenderal Ahmad Yani yaitu Letkol Untung.